
Defisit APBN Bengkak, Purbaya: Tak Perlu Takut
Innoventure.id – Pemerintah Indonesia menetapkan defisit APBN Bengkak 2026 sebesar Rp 689 triliun atau 2,68% dari PDB. Angka ini meningkat dari perkiraan awal 2,48% PDB. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pemerintah tetap mengendalikan defisit di bawah batas aman 3% PDB sesuai UU Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.
Purbaya menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir karena pemerintah akan mengelola belanja dan pendapatan secara hati-hati sehingga pertumbuhan ekonomi tetap stabil. Selain itu, langkah ini memberi ruang bagi pembangunan prioritas nasional.
Defisit APBN Bengkak Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Purbaya menjelaskan bahwa pemerintah meningkatkan defisit APBN Bengkak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Pemerintah menyalurkan anggaran ke sektor prioritas, termasuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
“Diperlukan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Jadi nggak usah takut, kita tetap hati-hati,” ujar Purbaya di Gedung DPR RI, Jakarta.
Selain itu, analis menilai langkah ini mencerminkan strategi fiskal yang adaptif. Defisit yang terkendali tetap menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong konsumsi domestik. Oleh karena itu, masyarakat dapat melihat langkah ini sebagai upaya pemerintah memperkuat daya beli rakyat.
Peningkatan Belanja dan Pendapatan Negara 2026
Pemerintah menaikkan belanja negara dari Rp 3.786,5 triliun menjadi Rp 3.842,7 triliun. Sementara itu, pemerintah menargetkan pendapatan negara naik dari Rp 3.147,7 triliun menjadi Rp 3.153,6 triliun.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, menyatakan pemerintah menyiapkan defisit lebih rendah dari outlook 2025 yang mencapai 2,78% PDB. “Langkah ini menunjukkan kehati-hatian pemerintah dalam mengelola fiskal,” jelas Febrio.
Karena itu, pemerintah tidak hanya memperlebar defisit, tetapi juga menjaga keseimbangan fiskal.
Prioritas Pemerintah: Defisit APBN Bengkak dan Belanja Daerah
Febrio menekankan pemerintah tetap memprioritaskan belanja daerah. Dana dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, layanan kesehatan, pendidikan, dan program sosial yang langsung menyentuh masyarakat.
Selain itu, pemerintah menerapkan pengawasan ketat sehingga setiap rupiah belanja negara digunakan secara produktif. Dengan demikian, pemerintah menjaga keseimbangan antara defisit yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan risiko fiskal.
Pengelolaan Anggaran dan Efisiensi Fiskal
Pemerintah menjalankan pengelolaan anggaran secara efisien. Jika pendapatan negara tidak sesuai target, pemerintah menyesuaikan belanja agar defisit tetap terkendali.
Oleh karena itu, langkah ini menjaga stabilitas fiskal sepanjang tahun. Selain itu, strategi ini memberikan fleksibilitas agar ekonomi tetap tangguh menghadapi kondisi eksternal.
Dampak Ekonomi dan Keuangan
Defisit menambah konsumsi domestik dan investasi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Sektor infrastruktur menerima dorongan signifikan, sementara program sosial meningkatkan daya beli masyarakat.
Selain itu, defisit yang terkendali memberi sinyal positif ke pasar keuangan. Investor menilai strategi ini prudent dan mendukung stabilitas ekonomi jangka panjang. Dengan demikian, kepercayaan pasar tetap tinggi meskipun defisit meningkat.
Kesimpulan: Defisit APBN Bengkak Terkendali dan Strategis
Dengan defisit APBN Bengkak di bawah 3% PDB, pemerintah menegaskan langkah ini aman dan strategis. Pemerintah menggunakan defisit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, belanja produktif, dan menjaga stabilitas fiskal.
Purbaya memastikan pengelolaan anggaran tetap hati-hati, transparan, dan fokus pada kesejahteraan masyarakat. Karena itu, pemerintah optimis defisit terkendali ini memberikan manfaat nyata bagi pembangunan nasional tanpa menimbulkan risiko ekonomi berlebihan.