
Gejolak Politik 2025: Indonesia dan Thailand Hadapi Bayang-Bayang Krisis 1998
Innoventure.id – Jakarta, 8 September 2025, 18:52 WIB – Media internasional menyoroti gejolak politik 2025 di Indonesia dan Thailand, yang membangkitkan kenangan krisis ekonomi Asia 1997–1998. Bloomberg, melalui jurnalis Haslinda Amin, melaporkan ketidakstabilan ini mengguncang kepercayaan investor. Oleh karena itu, protes besar di Indonesia dan pergantian kekuasaan di Thailand menimbulkan kekhawatiran serius. Dengan demikian, artikel ini mengulas latar belakang, situasi di kedua negara, dampak pasar, dan pandangan investor. Yuk, simak analisis krisis politik 2025 ini!
Gejolak Politik 2025: Latar Belakang Ketidakstabilan
Gejolak politik 2025 di Indonesia dan Thailand mencerminkan ketegangan sosial dan politik yang memicu ketidakpastian ekonomi. Misalnya, Indonesia menghadapi protes besar, sementara Thailand berganti tiga perdana menteri dalam dua tahun. Selain itu, Bloomberg mencatat kemiripan dengan krisis moneter 1998, yang berawal dari Thailand dan melanda Indonesia. Akibatnya, investor khawatir akan capital flight, mengingat sejarah ketidakstabilan kawasan.
Protes di Indonesia: Pemicu Gejolak Politik 2025
Di Indonesia, protes menolak tunjangan perumahan DPR pada Agustus 2025 berkembang menjadi kerusuhan terburuk dalam beberapa dekade. Massa memadati markas Polda Metro Jaya, membakar gedung parlemen di beberapa provinsi, dan menjarah rumah pejabat, termasuk milik Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Korban jiwa pun dilaporkan. “Gema 1998 sulit diabaikan. Kemarahan publik terhadap elite meningkat,” tulis Haslinda Amin dalam Newsletter Bloomberg, Sabtu (6/9/2025). Oleh karena itu, protes politik 2025 ini mengguncang stabilitas nasional. Dengan demikian, pemerintah harus segera menangani ketidakpuasan sosial.
Pergantian Kekuasaan di Thailand
Thailand menghadapi ketidakstabilan politik 2025 dengan pergantian tiga perdana menteri sejak 2023. Anutin Charnvirakul menggantikan Paetongtarn Shinawatra, yang lengser pada Agustus 2025 karena putusan pengadilan. Misalnya, pemilu mendatang menambah ketidakpastian, dengan stabilitas politik masih rapuh. Selain itu, sejarah kudeta Thailand memperburuk persepsi investor. Akibatnya, arus keluar modal asing mencapai US$2,5 miliar sepanjang 2025.
Dampak Pasar dari Gejolak Politik 2025
Gejolak politik 2025 langsung memengaruhi pasar keuangan. Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,6% pada akhir Agustus 2025, sebelum pulih setelah intervensi Bank Indonesia. Rupiah melemah tajam, memaksa bank sentral melakukan intervensi valas. Selain itu, rumor pengunduran diri Sri Mulyani memicu kepanikan, meskipun ia menegaskan komitmen mendukung Presiden Prabowo Subianto. Di Thailand, SET Index turun 9,7% sepanjang tahun. Oleh karena itu, krisis politik 2025 menekan pasar regional. Dengan demikian, stabilitas ekonomi kedua negara terancam.
Pandangan Investor: Peluang atau Ancaman?
Haslinda Amin mencatat bahwa sebagian investor melihat peluang membeli aset di tengah gejolak politik 2025, sementara yang lain memilih berhati-hati. Misalnya, valuasi rendah di pasar saham Indonesia dan Thailand menarik bagi investor berisiko tinggi. Selain itu, kunjungan Prabowo ke China pada September 2025 memberikan sinyal positif. Namun, ketidakpastian di Thailand dan potensi protes lanjutan di Indonesia meningkatkan risiko capital flight. Akibatnya, investor menimbang peluang dan ancaman dengan cermat. Dengan demikian, kehati-hatian tetap diperlukan.
Pelajaran dari Krisis 1998
Krisis moneter 1998, yang dimulai dari pelemahan baht Thailand dan melanda Indonesia, menjadi cermin bagi gejolak politik 2025. Saat itu, rupiah anjlok dari Rp2.400 ke Rp16.000 per dolar AS, memicu kerusuhan dan pengunduran diri Presiden Soeharto. Misalnya, ketidakpuasan sosial dan korupsi menjadi pemicu utama. Selain itu, kelemahan struktural ekonomi memperburuk situasi. Oleh karena itu, Indonesia dan Thailand perlu belajar dari sejarah untuk mencegah krisis serupa. Dengan demikian, penanganan cepat menjadi kunci.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Indonesia dan Thailand menghadapi tantangan besar dalam mengatasi ketidakstabilan politik 2025. Di Indonesia, Presiden Prabowo harus menangani ketidakpuasan sosial melalui dialog dan reformasi kebijakan. Di Thailand, pemilu yang transparan menjadi kunci stabilitas. Misalnya, kedua negara perlu memperkuat kepercayaan investor dengan kebijakan ekonomi yang konsisten. Akibatnya, keberhasilan menangani krisis ini akan menentukan arah ekonomi kawasan. Dengan demikian, langkah strategis menjadi prioritas.
Kesimpulan: Gejolak Politik 2025 dan Masa Depan Kawasan
Gejolak politik 2025 di Indonesia dan Thailand mengingatkan dunia pada krisis 1998, dengan protes dan ketidakstabilan mengguncang pasar. Oleh karena itu, pemerintah kedua negara harus bertindak cepat untuk memulihkan kepercayaan investor dan masyarakat. Dengan demikian, krisis politik 2025 menjadi ujian bagi kepemimpinan Prabowo dan Anutin. Apa pendapat Anda tentang dampak gejolak ini terhadap ekonomi regional?