
Kepemimpinan AS Goyah: Dampak Tarif Dagang Trump 2025
Innoventure.id – Kepemimpinan AS Goyah menjadi perbincangan internasional setelah Donald Trump, sebagai presiden AS pada 2025, menaikkan tarif dagang terhadap China dan negara-negara lain. Peneliti dari Universitas Islam Indonesia (UII) menganalisis bagaimana kebijakan ini menggoyahkan posisi AS sebagai pemimpin ekonomi dunia. Artikel ini mengulas Kepemimpinan AS , latar belakang kebijakan Trump, dampak terhadap perdagangan global, respons negara lain, serta tantangan dan strategi ke depan.
Latar Belakang Kepemimpinan AS Goyah
Trump menerapkan tarif 60% untuk impor dari China pada 2025, melanjutkan kebijakan proteksionis dari masa jabatan sebelumnya. Peneliti UII, Dr. Ahmad Fauzi, menyatakan bahwa langkah ini bertujuan melindungi industri AS dari kompetisi tidak sehat. Selain itu, tarif 25% dikenakan pada barang dari Meksiko dan Kanada. Oleh karena itu, kebijakan ini memicu ketegangan perdagangan.
Kebijakan ini didorong oleh kekhawatiran defisit perdagangan AS yang mencapai US$1 triliun. Misalnya, Trump menargetkan sektor teknologi dan otomotif. Dengan demikian, Kepemimpinan AS Goyah mencerminkan pergeseran dari multilateralisme ke nasionalisme ekonomi.
Dampak Kebijakan Tarif Dagang
Kepemimpinan AS Goyah memengaruhi ekonomi global. China merespons dengan tarif balasan 50% pada produk AS, menyebabkan penurunan ekspor kedelai AS sebesar 40%. Selain itu, harga barang impor di AS naik 15%, membebani konsumen. Oleh karena itu, inflasi AS mencapai 5% pada kuartal pertama 2025.
Perdagangan dunia melambat 2%, menurut WTO. Misalnya, rantai pasok otomotif terganggu, memengaruhi Jepang dan Eropa. Dengan demikian, Kepemimpinan AS memicu ketidakpastian ekonomi.
Respons Negara Lain terhadap Kepemimpinan AS Goyah
China memperkuat aliansi dengan Rusia dan ASEAN untuk mengurangi ketergantungan pada AS. Selain itu, Uni Eropa mengajukan gugatan ke WTO terhadap tarif Trump. Oleh karena itu, negara-negara mencari alternatif pasar.
Indonesia, melalui Kementerian Perdagangan, diversifikasi ekspor ke India dan Afrika. Misalnya, ekspor tekstil ke Eropa naik 20%. Dengan demikian, Kepemimpinan AS mendorong rekonfigurasi perdagangan global.
Tantangan Ekonomi Global
Kepemimpinan AS Goyah menghadapi tantangan seperti perang dagang berkepanjangan. Inflasi global naik 3%, memengaruhi harga pangan. Selain itu, investasi asing menurun 25% di negara berkembang. Oleh karena itu, negara seperti Indonesia perlu strategi mitigasi.
Risiko resesi di AS juga tinggi. Misalnya, pasar saham turun 10% setelah pengumuman tarif. Dengan demikian, tantangan ini memerlukan diplomasi ekonomi yang kuat.
Strategi untuk Mengatasi Dampak
Ke depan, negara-negara perlu strategi adaptif untuk mengatasi Kepemimpinan AS Goyah. Indonesia mendorong hilirisasi industri untuk kurangi impor. Selain itu, perjanjian dagang baru dengan ASEAN memperkuat posisi regional. Oleh karena itu, diversifikasi pasar menjadi kunci.
Pemerintah AS mungkin menegosiasikan ulang tarif. Misalnya, dialog dengan China untuk perdagangan seimbang. Dengan demikian, strategi ini dapat meredam dampak negatif.