
Kemitraan INA dan EDC: Dorong Infrastruktur dan Energi Terbarukan
Innoventure.id – Jakarta, 28 September 2025 – Indonesia Investment Authority (INA) dan Export Development Canada (EDC) menjalin kemitraan INA dan EDC melalui penandatanganan Nota Kesepahaman Kemitraan Pemimpin Pasar (Market Leader Partnership MoU) di Ottawa, Kanada, pada 25 September 2025. Kesepakatan ini membuka peluang investasi senilai hingga CAD 825 juta (setara USD 600 juta) untuk mendukung proyek-proyek strategis di Indonesia, termasuk infrastruktur, energi terbarukan, teknologi bersih, dan agrifood. Kolaborasi ini memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Kanada, sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan di kedua negara.
Kemitraan INA dan EDC: Jembatan Investasi Bilateral
Kemitraan INA dan EDC menandai langkah penting dalam mempererat hubungan ekonomi Indonesia-Kanada. MoU ini menetapkan kerangka kerja untuk mengeksplorasi solusi pembiayaan dan peluang bersama di sektor-sektor prioritas. EDC, sebagai lembaga ekspor kredit Kanada, memanfaatkan keahlian dan jaringan globalnya untuk mendukung perusahaan Kanada di Indonesia. Sementara itu, INA, yang didirikan pada 2020, berperan menarik investasi asing guna mendukung pembangunan ekonomi nasional. Dengan demikian, kolaborasi ini menggabungkan kekuatan finansial Kanada dengan wawasan lokal INA untuk menciptakan dampak ekonomi yang signifikan.
Selain itu, kemitraan ini sejalan dengan strategi Indo-Pasifik Kanada, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Indonesia, sebagai pasar ekspor terbesar Kanada di ASEAN dengan nilai ekspor USD 2,3 miliar pada 2024, menjadi fokus utama. Oleh karena itu, EDC membuka kantor perwakilan di Jakarta pada September 2023 untuk memfasilitasi investasi dan perdagangan.
Fokus pada Infrastruktur dan Energi Terbarukan
Kemitraan INA dan EDC menargetkan sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, energi terbarukan, teknologi bersih, dan agrifood. Indonesia tengah menggeser prioritas pembangunan dari infrastruktur fisik, seperti jalan tol, menuju proyek yang berfokus pada masyarakat, termasuk energi hijau dan ketahanan pangan. Misalnya, INA telah mendukung pembangunan jalan tol Trans-Java dan Trans-Sumatra, yang memenangkan penghargaan IJGlobal Award 2023 untuk kategori Transport Deal of the Year. Selanjutnya, kolaborasi dengan EDC akan mempercepat proyek energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air dan geothermal, yang mendukung target Indonesia mencapai net-zero emissions pada 2060.
Todd Winterhalt, Senior Vice President International Markets EDC, menegaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Indo-Pasifik. “Kolaborasi ini memperkuat perdagangan, terutama di sektor energi terbarukan dan infrastruktur, di mana perusahaan Kanada unggul,” ujarnya. Akibatnya, kemitraan ini membuka peluang bagi perusahaan Kanada seperti AtkinsRéalis untuk berkontribusi dalam proyek infrastruktur di Indonesia.
Manfaat Ekonomi dan Sosial dari Kemitraan
Menteri Perdagangan Internasional Kanada Maninder Sidhu menyoroti bahwa kemitraan INA dan EDC akan memperkuat posisi bisnis Kanada di Indonesia. “Kemitraan ini menciptakan lapangan kerja berkualitas di Kanada dan memperdalam peran Kanada di kawasan yang berkembang pesat,” katanya. Sementara itu, Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menekankan bahwa kemitraan ini lebih dari sekadar pembiayaan. “Kami merancang peluang yang menarik modal global, mendorong inovasi, dan memberikan dampak sosial-ekonomi nyata,” ujarnya.
Selain itu, kemitraan ini mendukung Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), yang diteken pada hari yang sama di Ottawa. ICA-CEPA menghapus lebih dari 90% tarif perdagangan, meningkatkan ekspor Indonesia ke Kanada hingga USD 11,8 miliar pada 2030, dan menambah pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 0,12%. Dengan demikian, kemitraan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai tujuan investasi global.
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
INA memiliki misi untuk menyeimbangkan pengembalian investasi dengan pembangunan jangka panjang. Fokusnya mencakup sektor transportasi, logistik, energi hijau, kesehatan, dan ekonomi biru. Misalnya, INA mendukung pembangunan Bali International Hospital bersama Swire Pacific dan IHC untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi pasien domestik dan internasional. Selanjutnya, kemitraan dengan EDC akan mempercepat proyek energi terbarukan, seperti hydropower (target kapasitas 9,8 GW pada 2034) dan geothermal (potensi 28 GW), yang menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia.
Bahkan, kemitraan ini mendukung komitmen Indonesia menuju net-zero emissions. Kanada, dengan keahlian di bidang teknologi bersih, seperti reaktor modular kecil untuk energi nuklir, dapat membantu Indonesia mengembangkan sumber energi rendah emisi. Oleh karena itu, kolaborasi ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga mendukung tujuan lingkungan global.
Memperkuat Hubungan Bilateral dan Masa Depan
Kemitraan INA dan EDC merupakan bagian dari strategi yang lebih luas, termasuk rencana aksi Kanada-Indonesia 2026-2029, yang mencakup pilar ekonomi, pertahanan, dan hubungan masyarakat. Selain itu, kesepakatan antara Business Council of Canada dan Kadin Indonesia memperkuat kerja sama bisnis. Dengan demikian, kemitraan ini menciptakan ekosistem yang mendukung investasi dan perdagangan bilateral.
Indonesia, yang diproyeksikan menjadi lima besar ekonomi global pada 2050, menawarkan peluang besar bagi Kanada. Dengan populasi 280 juta dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia menjadi pasar strategis untuk ekspor Kanada, terutama di sektor agrifood dan teknologi. Akibatnya, kemitraan INA dan EDC menjadi jembatan untuk menghubungkan modal dan inovasi Kanada dengan kebutuhan pembangunan Indonesia, menciptakan manfaat jangka panjang bagi kedua negara.